Halaman

Minggu, 30 September 2012

Motivasi Guru PAI Kualifikasi D-2 Melanjutkan S-1


Oleh
Ersan Sanusi
BAB I
  PENDAHULUAN
Pada bab ini secara berturut-turut dibahas : (1) konteks penelitian; (2)  fokus penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) kegunaan penelitian; (5) definisi operasional.
A.  Konteks Penelitian
Saat ini profesi guru tampaknya semakin diminati oleh calon mahasiswa yang ingin menjadi calon guru. Kepedulian tersebut hendaknya dijadikan modal untuk memperlebar peluang untuk meningkatkan kualitas atau mutu profesi guru pada dunia pendidikan ditengah munculnya dampak globalisasi sebagai akibat dari kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
  Salah satu penyebab munculnya penomena ini berdasarkan pendapat Helen Connell, (2003:63) adalah “Besarnya peluang angkatan kerja dibidang pengajaran dan proses upgrading (penataran) seringkali memerlukan guru yang siap pakai untuk memperbaharui dan meningkatkan mutu pengajaran sejalan dengan kebutuhan sekolah-sekolah baru.” Untuk memenuhi kebutuhan sekolah itu, diperlukan guru-guru yang professional sesuai dengan keinginan pemerintah saat ini.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia
Kemudian Undang-undang Rebuplik Indonesia nomor 14 tahu 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan menurut Jamaluddin, (2001:36) berpendapat bahwa “Guru merupakan elemen terpenting dalam system pendidikan dan menjadi ujung  tombak dalam proses pembelajaran.” Karena itu profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia sehinga mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Profesi guru merupakan suatu pekrjaan menuntut persiapan pendidikan yang relatif lebih lama di perguruan tinggi. Oleh karena itu, salah satu ciri atau pekerjaan yang disebut profesi adalah memiliki ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi.
 Bagi guru-guru yang telah diangkat, dewasa ini berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu guru baik melalui pendidikan dalam jabatan in-servive training) dengan tujuan untuk meningkatkaan ketrampilan mengajar, penguasaan terhadap materi ajar, serta komitmen dan motivasi guru mengajar. Selain itu, pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan penghasilan guru yang sekarang ini sudah dianggap sebagai profesi, sama seperti dokter dan pengacara karena jabatan guru sudah dianggap jabatan professional.
Karena itu, pengembangan professional tenaga pendidi terus dilanjutkan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan kebutuhan pendidikan yang tidak bisa ditunda lagi pada era globalisasi ini. Menurut Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, (2009:99) berpendapat bahwa:
“Pengembangan profesional pendidikan yang dimaksud untuk memenuhi tiga kebutuhan, yaitu pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan system pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua, Kebutuhan untuk membantu staf dalam rangka mengembangkan pirbadinya secara luas, Ketiga, Kebutuhan untuk mendorong dan mengemangkan keinginan tenaga pendidik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.”

Dari pernyataan di atas maka salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik adalah pengembangan karir melalui pendidikan yang lebih tinggi. Ini hanya bisa dilakukan melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mencetak calon-calon guru professional.
 Dengan tuntuan dan kebutuhan pendidikan saat ini, banyak lembaga tinggi yang berusaha mencetak calon-calon guru yang professional, yang mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Karena itu, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang pada tahun akademik 2008-2009 telah membuka program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) strata satu bagi guru-guru yang berasal dari Diploma Dua Jurusan Agama. Besarnya minat calon mahasiswa yang berasal dari guru SD untuk melanjutkan program strata satu karena didorong oleh munculnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik muncul karena kesadaran yang sangat kuat untuk menambah ilmu pengetahuan keagamaan dan dorongan keluarga, sementara itu motivasi ekstrinsik muncul karena adanya keinginan untuk meningkatkan karir dalam jabatan guru serta untuk meningkatkan pengahasilan melalui program sertifikasi guru.
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka secara umum masalah yang akan diteliti adalah motivasi mahasiswa dengan latar belakang kualifikasi guru Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang pada tahun akademik 2008-2009 dengan sub masalah penelitian, yaitu (1) Apa motivasi intrinsik guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu; (2) Apa motivasi ekstrinsik guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu dan (3)  Apa kendala – kendala guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan Diploma 2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang pada tahun akademik 2008-2009.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mencari informasi secara mendetil dan terinci tentang motivasi guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang.

B. Fokus Penelitian|
Berdasarkan judul penelitian ”motivasi guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang”, maka fokus penelitian ini adalah: Bagaimana motivasi guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang?.Berdasarkan fokus utama ini akan dijabarkan menjadi sub fokus sebagai berikut ini:
1.      Kepemimpinan kepala sekolah pendidikan model Kelas Layanan Khusus.
2.      Pola pengadaan tenaga pengajar pendidikan model Kelas Layanan Khusus pada lokasi-lokasi penelitian
3.      Pola rekruitmen dan pengelolaan peserta didik  pendidikan model Kelas Layanan Khusus di lokasi-lokasi penelitian.
4.      Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan model Kelas Layanan Khusus

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini antara lain dapat:
1.      Mendeskripsikan kepemimpinan kepala sekolah pendidikan model Kelas Layanan Khusus.
2.      Mendeskripsikan pola pengadaan tenaga pengajar pendidikan model Kelas Layanan Khusus pada lokasi-lokasi penelitian
  1. Mendiskripsikan pola rekruitmen dan pengelolaan peserta didik  Kelas Layanan Khusus di sekolah dasar di lokasi-lokasi penelitian.
  2. Mendiskripsikan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan model  Kelas Layanan Khusus

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.      Bagi Depdiknas khususnya Direktorat Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar dalam penyelenggaraan program Kelas Layanan Khusus demi tercapainya tujuan dari program ini yaitu pelakanaan wajib belajar 9 tahun.
2.      Bagi Depdiknas Kalimantan Barat, dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai penyelenggaran model pendidikan Kelas Layanan Khusus sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi dan pembuatan kebijakan untuk keberlangsungan penyelenggaraan model pendidikan tersebut.
3.      Bagi sekolah penyelenggara model pendidikan Kelas Layanan Khusus, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan evaluasi penyelenggaraan program yang telah berlangsung sehingga bisa diambil langkah-langkah terobosan yang lainnya demi perbaikan mutu penyelenggaraan program yang telah berjalan.
4.      Bagi kepala sekolah penyelenggara model pendidikan Kelas Layanan Khusus dapat dijadikan bahan masukan dan inspirasi mengenai pengelolan tenaga pengajar / guru Kelas Layanan Khusus.
5.      Bagi anggota komite sekolah, dapat memberikan informasi dan wacana tentang penyelenggaraan model pendidikan Kelas Layanan Khusus sehingga dapat mendukung penyelenggaraan program lebih baik.
6.      Bagi anggota masyarakat yang peduli tentang nasib anak-anak yang terancam putus sekolah, sebagai bahan informasi dan wacana bagi mereka untuk mendukung dan peduli dengan penyelenggaran pendidikan model Kelas Layanan Khusus.
7.      Bagi peneliti berikutnya, secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang lain untuk memperoleh perbandingan, sehingga memperkaya temuan-temuan penelitian.


B.  MOTIVASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK GURU
1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar yang tumbuh karena adanya dorongan terhadap suatu kebutuhan, seperti kebutuhan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, kebutuhan untuk mengetahui sesuatu, dan kebutuhan untuk mengubah perilaku.
Secara harfiah, kata motif (motive) dan motivasi (motivation) pada mulanya menjadi topik alam bahasa psikologi, yang kemudian meluas ke bidang lain, seperti dalam dunia pendidikan. Menurut Abdurrahman Abror, (2004:114) istilah motivasi berasal dari bahasa Inggris ”motivation”. Sedangkan motif berasal dari bahasa Latin “movere” yang kemudian menjadi “motion”,  yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab bagi seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah manusia atau sesorang berusaha untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya.
Usaha untuk mengetahui sesuatu yang menyebabkan munculnya motivasi demi mencapai suatu tujuan yang akan dicapai. Munculnya motivasi itu bisa karena muncul dari diri seseorang atau karena dari orang lain. Menurut Oemar Hamalik (2002:158) menjelaskan bahwa:
“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan serta dimulai dengan adanya tiga unsure yaitu motivasi timbul karena adanya perubahan energi, motivasi timbul karena adanya perasaan, dan motivasi timbul karena adanya reaksi untuk mencapai tujuan.”
Sedangkan dalam konteks motivasi belajar, Martinis Yamin, (2007:158) menyatakan bahwa “Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman yang mengarah pada tujuan pembelajaran.”
 Dari penjelasan di atas, maka motivasi itu berartu pemberian atau yang menimbulkan daya gerak bagi individu untuk melakukan sesuatu kegiatan. Tegasnya motivasi adalah hal yang telah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama jika kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak untuk didapatkan atau terpuaskan. Motivasi itu menimbulkan suatu keinginan untuk belajar dan menambah pengetahuan ketrampilan, dan pengalaman.
2.  Fungsi Motivasi
Pada dasarnya motivasi itu terdapat pada diri manusia dan tidak dapat dilihat, akan tetapi motivasi tersebut dapat disimpulkan dari tingkah laku yang tampak pada diri individu. Uraian itu memberikan jalan yang jelas tentang fungsi motivasi antara lain:
“1) Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi; 2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan perbuaan yang hendak dicapai; 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang haru sdikerjakan yang serasi dengan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.” (Oemar Hamalik, 2002:20)

Dari uraian tersebut di atas, nampak jelas motivasi itu berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai cara menentukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

C.  Motivasi Intrinsik
 Perubahan paradigma pendidikan saat ini dimana pemerintah telah menentukan bahwa guru merupakan jabatan professional. Jabatan profesional guru merupakan suatu jabatan profesional yang menuntut adanya kemampuan spesialisasi tenaga pendidikan. Karena itu, guru-guru tingkat Sekolah Dasar (SD) juga berusaha untuk menjadi guru yang profesional karena motivasi dalam diri sendiri.
Adapun motivasi intrinsik guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang yaitu karena adanya faktor minat dan keinginan kuat, karena ingin menambah wawasan keilmuan, dan karena keinginan untuk menambahan wawaan Ilmu Pendidikan Islam.
1.  Adanya Minat Yang Kuat Untuk Belajar
Minat merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang karena adanya keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu, seperti keinginan untuk belajar, keinginan untuk menjadi kaya, keinginan untuk terkenal, dan lain-lain. Minat itu muncul karena adanya kesungguhan untuk mencapai suatu tujuan dan itu bisa dilakukan melalui proses pembelajaran. Kemudian Islam juga mengaki adanya perbedaan minat, bakat, dan kemampuan setiap individu.
Kaitan dengan kegiatan belajar, menurut Martinis Yamin, (2007:165) berpendapat bahwa “Sesungguhnya minat yang kuat bisa diwujudkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seperti keinginan untuk belajar dengan membagi waktu yang kuat, menyiapkan literature belajar, dan melakukan keseriusan dalam belajar.”
Jadi bisa disimpulkan bahwa minat yang besar berpengaruh terhadap proses keinginan seseorang dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini minat adalah motivasi guru PAI dengan latar belakang kualifikasi Pendidikan D-2 melanjutkan jenjang strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syarif Abdurrahman Singkawang.

2.  Keinginan Memperdalam Kemampuan Keilmuan (Kognitif)
Pada prinsipnya Pendidikan Islam tidak statis dan selalu berusaha mengadakan perubahan yang diinginkan oleh individu dan mayarakat karena pendidikan itu merupakan proses perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku itu bisa terjadi secara universal dan selalu bersifat dinamis. Prinsip ini maksudnya adalah pandangan menyeluruh pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Menurut Ramayulis, (2009:35) berpendapat bahwa “Implikasinya dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan Islam haruslah meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia dan tidak boleh hanya memberi tekanan pada salah satu dimensi saja dan meninggalkan dimensi lainnya.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan kewajiban yang harus dituntut oleh setiap orang yang ingin melakukan sutau perubahan, baik dari segi perilaku, ketrampilan, dan pengalaman darii sleuruh aspek kehidupan. Kewajiban menuntut ilmu (belajar) ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu agama dalam agama Islam tidak diragukan lagi. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kaum mslim saja tetapi diwajibkan untuk kaum kuslimah juga.
Allah befirman dalam Q.S. Al-Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar